Selasa, 25 Agustus 2009

Antisipasi Tindakan Para Spekulan

Republika.co.id, Selasa, 25 Agustus 2009 pukul 01:43:00

Amankan Distribusi Bahan Pokok

Saat bulan Ramadhan, permintaan kebutuhan bahan pangan pokok biasanya mengalami peningkatan. Peningkatan permintaan ini hampir pasti diikuti dengan melonjaknya harga-harga. Begitu pula dengan Ramadhan tahun ini. Kenaikan harga bahan pokok sudah terjadi beberapa hari menjelang bulan Ramadhan. Bersamaan dengan itu, harga-harga bahan pokok pun ikut melambung. Kenaikan harga tersebut terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya adalah lantaran meningkatnya permintaan, yang selama bulan Ramadhan biasanya lebih tinggi dari bulan-bulan lainnya.

Jika kenaikan harga-harga bahan pokok tersebut terjadi dalam batas-batas wajar dan dapat ditoleransi, kita tentu tak mempersoalkan. Namun, yang perlu mendapat perhatian adalah kenaikan-kenaikan yang lebih karena tindakan para spekulan. Situasi dan kondisi seperti di bulan Ramadhan ini, para spekulan memanfaatkannya dengan melakukan aksi penimbunan bahan-bahan pokok untuk kemudian melepasnya dengan harga tinggi sehingga mengancam stabilitas harga dan ketersediaan stok. Ini yang harus diwaspadai.

Pemerintah sebaiknya jangan hanya menjamin ketersediaan bahan pokok selama Ramadhan, tetapi harus mengawasi aksi penimbunan sembako. Perilaku spekulan yang biasanya `bermain` dengan menaikan harga jauh di atas harga yang seharusnya dan berfluktuatif di kisaran harga yang relatif tinggi, harus benar-benar diperhatikan. Jaminan pemerintah terkait kecukupan bahan pangan pokok tak cukup hanya di atas kertas atau pernyataan politis semata. Perlu ada tindakan konkret untuk membatasi ruang gerak spekulan.

Faktor lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah distribusi bahan pokok dari dan ke daerah. Distribusi barang terkait dengan infrastruktur, khususnya sarana dan prasarana transportasi. Jauh-dekatnya jarak, kondisi jalan dapat berpengaruh atas penentuan harga barang. Tinggi-rendahnya retribusi jalan, tarif tol, dan harga BBM menjadi bagian yang menentukan harga barang. Hal tersebut kemudian mampu memengaruhi lancar dan tidaknya distribusi barang tersebut dari satu daerah ke daerah lain.

Jika semua faktor penentu harga yang terkait dengan distribusi dan transportasi berjalan secara alami, boleh jadi konsumen 'memaklumi' kenaikan harga. Namun, jika yang terjadi adalah faktor-faktor buatan, tentunya tidak bisa ditoleransi. Faktor buatan terkait distribusi itu, apalagi kalau bukan pungutan liar alias pungli, yang notabene justru dilakukan oknum petugas yang seharusnya membantu memperlancar distribusi barang.

Akibatnya, biaya distribusi barang menjadi sangat tinggi, dan itu tak hanya karena sesuatu yang alami, tapi lebih karena maraknya pungli. Pemerintah bersama produsen boleh saja menjamin pasokan bahan pokok selama Ramadhan aman. Pertanyaannya, siapa yang bisa menjamin bahwa lonjakan harga yang 'dimaklumi' konsumen, benar-benar lebih karena faktor-faktor yang alami? Sebaliknya, tak pernah ada pernyataan pihak manapun yang mampu menjamin tidak ada spekulan dan pungli dalam distribusi bahan pokok selama Ramadhan.

Sudah saatnya pemerintah, aparat, dan semua pihak berwenang memberikan perhatian serius terhadap pasokan bahan pokok dan kelancaran arus distribusinya selama Ramadhan. Jadi, sejak dini, tingkatkan pengawasan terhadap gerak-gerik spekulan dan oknum petugas pungli. Bukan sekadar janji-janji mengamankan pasokan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar