Selasa, 18 Agustus 2009

Wawasan Nusantara

Oleh : Mahiruddin Siregar


(Gambar nenek moyang pelaut, by : imankurniadi, www.flickr.com)

Nenek moyangku orang pelaut,
gemar mengarung luas samudera,
menerjang ombak tiada takut,
menempuh badai sudah biasa.

Bait lagu diatas sangatlah kita kenal. Itu adalah lagu tentang keberanian nenek moyang kita, menyeberangi samudera maha luas, berangkat dari daratan Cina, hingga sampai di kepulauan Nusantara.

Singgah, menetap dan berkembang biak, sampai dengan generasi kita yang hidup saat ini, dan yang akan datang.

Sesungguhnya negara Indonesia memiliki karunia maritim yang luar biasa. Kawasan Nusantara dengan jumlah pulau 17.508 buah, merupakan gugusan arsipelago atau negara kepulauan terbesar didunia. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km2, sedangkan perairannya jauh lebih luas lagi yaitu 3.257.483 km2.

Berdasarkan kenyataan tersebut, semestinya wawasan nusantara kita adalah wawasan negara maritim dan kepulauan, atau wawasan negara yang terhimpun dari puluhan ribu pulau yang dipersatukan oleh lautan yang maha luas.

Sayangnya selama ini kita lebih sering terbalik dalam menentukan wawasan nusantara kita, kita lebih suka menyebutkan bahwa Indonesia itu adalah pulua-pulau yang dipisahkan oleh lautan.

Akibatnya kita sering terpisah, bukan tersatukan. Lautan yang berfungsi sebagai pemersatu kawasan kita, malah kita anggap sebagai pemisah.

Maka terjadilah paradoks dalam pengelolaan negara kita, yang semestinya dikelola secara maritim dan kepulauan, tetapi kita kelola sebagai daratan. Semua kegiatan pembangunan kita pusatkan didaratan pulau terpadat Jawa. Sangat lamban pemerataan pembangunan kepulau lainnya, terlebih lagi kawasan Timur Indonesia. Kekayaan alam yang ada disana masih sangat minim yang dapat kita manfaatkan. Beberapa pulau kecil tidak terawat, akhirnya jatuh ketangan negara jiran seperti Sipadan dan Ligitan.

Mental anak bangsa yang tidak bersahabat dengan laut sangatlah ketara, coba dengarkan ungkapan yang merupakan cibiran atau ejekan diantara kebanyakan kita ini. "Kelaut aja luh.........." Seakan akan anak cucu kita ini kelak tidak perlu dan tidak butuh lautan. Mental seperti ini sangat disayangkan.

Tetapi ada secercah harapan dengan pelaksanaan peringatan kemerdekaan RI ke 64 ini yang banyak dipusatkan di dekat perbatasan sebelah Barat, Timur, Utara dan Selatan. Di tiga tempat yaitu Sabang, Bunaken dan Garut sangat bernuansa laut, sampai-sampai ada upacara pengibaran bendera didasar laut (Sabang dan Bunaken).

Nampak ada langkah untuk mengajak generasi muda kita agar lebih mencintai lautan kita, juga untuk lebih melihat secara dekat daerah-daerah perbatasan kita.

Tetapi masih sangat disayangkan bahwa kebanyakan penyiar televisi kita menyebutkannya dengan "daerah terluar Indonesia" seharusnya adalah "daerah terdepan Indonesia".

Daerah terdepan lebih pantas diucapkan untuk mempertegas fungsi mereka sebagai ujung tombak kedaulatan wilayah kita. Jangan sebutkan daerah terluar, itu dapat berkonotasi mereka yang ada disana sudah lebih dekat keluar, daripada kedalam Indonesia.

Sudah saatnya sistem pengelolaan pembangunan negara kita lebih condong dengan mindset maritim dan kepulauan, jangan lagi dengan mindset daratan.

Setiap ruas lautan harus kita manfaatkan untuk menghubungkan setiap pulau yang kita miliki. Kita harus lebih banyak memiliki pelaut-pelaut dan nelayan-nelayan handal untuk mengolah potensi kekakayaan laut kita yang masih sangat melimpah dan baru sebagaian kecilnya yang sudah kita manfaatkan. Harus lebih banyak lagi kapal-kapal niaga kita, kapal-kapal penangkap ikan yang modern, dermaga-dermaga, pelabuhan, anjungan lepas pantai, dll.

Disamping itu untuk lebih memperlancar transportasi dan arus mobilisasi antar pulau-pulau besar, mestinya kita memiliki jembatan-jembatan penyeberangan antar pulau, sehingga nantinya selain dipersatukan oleh lautan, seluruh daratan pulau-pulau besar kita juga dapat dipersatukan oleh jembatan-jembatan permanen.

Angin bertiup layar terkembang,
ombak berderu ditepi pantai,
pemuda berani bangkit sekarang,
kelaut kita beramai-ramai........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar